Superman Is Dead Rayakan 30 Tahun di Synchronize Fest

Grup punk rock asal Bali, Superman Is Dead (SID), tampil memukau di Synchronize Fest 2025 dalam rangka perayaan 30 tahun perjalanan karier mereka di industri musik Indonesia. Ribuan penonton memadati area panggung utama untuk menyaksikan trio legendaris ini membawakan lagu-lagu ikonik yang telah menjadi bagian penting dari sejarah musik rock Tanah Air. Penampilan mereka bukan hanya konser nostalgia, tetapi juga selebrasi semangat kebebasan, idealisme, dan persaudaraan yang selama ini menjadi napas utama SID.

  1. Tiga Dekade Perjalanan Musik dan Idealisme
    Sejak terbentuk pada 1995 di Kuta, Bali, Superman Is Dead telah melalui perjalanan panjang sebagai band independen yang menolak tunduk pada arus komersialisasi. Tiga personelnya — Bobby Kool (vokal/gitar), Eka Rock (bass/vokal), dan Jerinx (drum) — tetap solid hingga kini. Dalam penampilan di Synchronize Fest, mereka menegaskan kembali pesan utama musik mereka: kebebasan berekspresi, kritik sosial, dan cinta terhadap lingkungan. Lagu-lagu seperti Kuta Rock City, Lady Rose, dan Jika Kami Bersama dibawakan dengan energi tinggi yang membuat penonton ikut bernyanyi bersama dari awal hingga akhir.
  2. Penampilan Penuh Semangat dan Solidaritas
    Sejak menit pertama naik panggung, atmosfer penuh semangat langsung terasa. Bobby Kool menyapa penonton dengan seruan “Bali Unite!” yang disambut sorakan ribuan penggemar. Tidak hanya membawakan lagu-lagu hits, SID juga menampilkan potongan video perjalanan mereka dari masa awal hingga kini. Visual tersebut menampilkan dokumentasi perjalanan tur di dalam dan luar negeri, serta pesan solidaritas terhadap isu-isu sosial yang kerap mereka suarakan. Jerinx pun menyampaikan pesan agar musisi muda tetap berani bersuara dan menjaga idealisme di tengah industri yang semakin pragmatis.
  3. Kolaborasi Spesial dan Momen Emosional
    Perayaan 30 tahun ini semakin istimewa dengan kehadiran beberapa musisi tamu, termasuk Shaggydog, Navicula, dan Marjinal, yang turut meramaikan panggung sebagai bentuk penghormatan terhadap SID. Salah satu momen paling emosional terjadi saat SID membawakan lagu Sunset di Tanah Anarki, diiringi koor massal dari penonton. Bobby terlihat menahan haru ketika seluruh area bergemuruh menyanyikan bagian refrain bersama. “Ini bukan sekadar ulang tahun band, tapi perayaan perjuangan bersama,” ucapnya di sela-sela lagu.
  4. Karya dan Aktivisme yang Tak Pernah Padam
    Lebih dari sekadar band, Superman Is Dead dikenal sebagai kelompok musisi yang konsisten menyuarakan isu-isu kemanusiaan, lingkungan, dan hak rakyat kecil. Dalam beberapa tahun terakhir, mereka aktif mendukung kampanye pelestarian alam Bali dan menolak pembangunan yang merusak ekosistem pesisir. Spirit itu juga hadir dalam penampilan mereka kali ini — di mana backdrop panggung menampilkan visual laut dan pepohonan yang menegaskan pesan ekologi. Meski telah tiga dekade berkarya, SID tetap relevan karena pesan sosial yang mereka sampaikan tidak lekang oleh waktu.
  5. Harapan untuk Masa Depan dan Regenerasi Musik Rock Indonesia
    Menutup penampilannya, SID menyampaikan rasa syukur atas dukungan penggemar yang telah setia selama 30 tahun. Mereka berjanji akan terus berkarya dan mendorong generasi muda untuk menjaga semangat musik rock sebagai medium perjuangan. “Kami ingin anak muda tetap punya suara, tetap punya sikap,” kata Jerinx, disambut tepuk tangan meriah. Festival kali ini bukan hanya perayaan bagi band, tapi juga menjadi bukti bahwa musik rock Indonesia masih memiliki tempat kuat di hati pendengarnya.

Tiga dekade perjalanan Superman Is Dead bukan sekadar kisah tentang musik, tetapi juga tentang konsistensi, idealisme, dan keberanian melawan arus. Penampilan mereka di Synchronize Fest membuktikan bahwa spirit punk Bali tetap hidup dan terus membara — menjadi inspirasi bagi generasi baru untuk berkarya dengan jujur dan bermakna.